JAKARTA, KOMPAS.com - Semarak Hari Raya Tahun Baru Imlek 2564 juga hadir di perayaan Ekaristi di Gereja Santo Aloysius Gonzaga, Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Minggu (10/2/2013). Perbedaan paling mencolok dibanding perayaan Ekaristi pada hari Minggu biasanya adalah pada dekorasi gereja, busana pastor, umat dan panitia perayaan ekaristi yang bernuansa Imlek.
Sebagian besar umat mengenakan busana yang didominasi warna merah dengan aksen kuning. Khusus untuk panitia pelaksana yang berjumlah 25 orang, pakaian yang dikenakan adalah model kerajaan China zaman dulu. Yang pria ada yang mengenakan baju dengan kancing bergaris plus topi bulat merah, yang perempuan mengenakan busana terusan bergaya China. Bahkan ada pria yang mengenakan busana prajurit kerajaan.
Suasana Imlek sudah terasa ketika umat masuk ke halaman gereja. Lampion tampak tergantung di plafon teras gereja. Lampion juga dipasang di setiap tiang di dalam gereja. Adapun di bagian tengah tempat duduk umat, terdapat jejeran lilin dengan hiasan bunga, seakan mengantarkan umat pada salib meja altar yang juga didesain apik dengan menghadirkan nuansa warna merah.
Pada misa yang dipimpin Pastur Romo Agustinus Malo Bulu CSsR itru, berlangsung khusyuk. Suasana baru mulai sedikit riuh ketika pastur membagi-bagikan angpao kepada anak-anak berusia di bawah 12 tahun. Misa bernuansa Imlek itu sendiri dipersiapakan selama satu bulan.
Usai misa, semarak Imlek belum berakhir. Panitia telah mempersiapkan pertunjukan barongsai di halaman gereja. Gerakan lincah dua barongsai itu pun menarik perhatian umat usai merayakan Ekaristi. Umat, terutama anak-anak, tampak antusias melihat atraksi barongsai.
Pesan Ekaristi hadir dalam Imlek
Tatang Suryanto, ketua panitia misa khusus tersebut, mengungkapkan, tujuan diadakannya misa tersebut adalah untuk meningkatkan rasa kebersamaan antara kaum Tionghoa Katolik dengan warga masyarakat lainnya. Hal tersebut tentu masih dalam kerangka lembaga gereja sebagai lambang pemersatu umatnya.
"Ini sebagai bukti kita (etnis Tionghoa) memberi kontribusi bagi Indonesia. Karena kita kan minoritas ya, jadi kita harus bersama-sama," ujarnya saat ditemui Kompas.com usai misa.
Sesuai shio di tahun yang baru, yakni shio ular air, Tatang berharap tahun yang baru ini jadi tahun yang penuh rezeki layaknya badan ular yang panjang dan penuh dengan rasa motivasi.
Albertus Pantra, salah seorang warga gereja, sangat mengapresiasi perayaan misa bernuansa Imlek yang telah digelar dua kali tersebut. Menurut pemuda yang juga aktif dalam kegiatan gereja itu, pesan perayaan Ekaristi hari minggu ini, sedemikian mengena kepada dirinya melalui nuansa Imlek.
"Pesannya sungguh terasa, ikut beriman dan berbela rasa. Itu ditunjukan melalui pembagian angpao dan jeruk kepada umat," ujarnya.
Ia berharap, perayaan misa semacam ini dapat digelar setiap tahun sekali. Sebab, menurutnya, perayaan misa dengan nuansa berbeda dapat menghadirkan antusiasme dan pengalaman iman berbeda bagi umat yang hadir.
Anda sedang membaca artikel tentang
Misa Bernuansa Imlek di Gereja Cijantung
Dengan url
http://benefitsofbeans.blogspot.com/2013/02/misa-bernuansa-imlek-di-gereja-cijantung.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Misa Bernuansa Imlek di Gereja Cijantung
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Misa Bernuansa Imlek di Gereja Cijantung
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar