JAKARTA, KOMPAS.com — Untuk kesekian kalinya, wilayah Jakarta kembali dilanda banjir. Kamis (17/1/2013), banjir melanda sejumlah wilayah Jakarta, termasuk pusat kota di Bundaran Hotel Indonesia dan Jalan MH Thamrin.
Hujan yang mengguyur selama beberapa hari dan luasnya cakupan wilayah banjir membuat beberapa kalangan membandingkan banjir kali ini dengan banjir tahun 2007. Namun, apakah memang, dilihat dari sisi meteorologis, kedua banjir itu sebanding?
Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mulyono Prabowo mengatakan bahwa dilihat dari curah hujannya, sebenarnya curah hujan pada Januari 2013 lebih rendah dibandingkan pada Januari-Februari 2007.
Untuk curah hujan hari ini, misalnya, Mulyono mengatakan, "Intensitas hujan beberapa daerah rendah, seperti di Parung hanya 20 mm. Sementara di wilayah lain curah hujan tinggi, seperti Kedoya 125 mm dan Cengkareng 103 mm."
Sementara itu, dua hari lalu, curah hujan di Jabodetabek rata-rata selama dua hari lalu sebesar 40-100 mm. Tertinggi, curah hujan terjadi di Puncak dan Bogor sebesar 100 mm, sementara di Cengkareng 80 mm. Sebagai perbandingan, curah hujan pada 2007 lalu mencapai 340 mm.
Dari sisi cakupan wilayah yang hujan, banjir 2007 dan 2013 juga berbeda. Mulyono menuturkan, "Saat ini, hujan terjadi secara merata di Jabodetabek. Jadi, volume airnya besar. Tahun 2007, hujan besar terkonsentrasi pada satu wilayah."
Mulyono mengatakan, banjir tidak hanya dipicu oleh faktor meteorologis, tetapi juga penataan ruang, pendangkalan sungai, dan sebagainya. Jadi, banjir tidak bisa serta-merta dikaitkan dengan faktor cuaca.
Anda sedang membaca artikel tentang
Banjir Jakarta, antara 2007 dan 2013
Dengan url
http://benefitsofbeans.blogspot.com/2013/01/banjir-jakarta-antara-2007-dan-2013.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Banjir Jakarta, antara 2007 dan 2013
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Banjir Jakarta, antara 2007 dan 2013
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar